Waktu Wukuf di Arafah, Sebenarnya Berapa Lama?

Pelaksanaan wukuf perlu diperhatikan oleh setiap jamaah haji. Pasalnya, tanpa melakukannya akan ada konsekuensi berat yang menimpa jamaah. Lantas untuk kesempurnaan ibadah haji, berapa lama waktu wukuf di Arafah yang perlu jamaah lakukan?

Wukuf menjadi ciri khas dari pelaksanaan ibadah haji. Semakin serius seorang jamaah dalam berhaji, dirinya akan semakin antusias dalam melaksanakan wukuf. Baik serius dalam memperhatikan waktu, maupun amalan yang dilakukan di dalamnya.

Nah dalam ulasan kali ini, akan dibahas mengenai waktu wukuf yang perlu dilakukan oleh jamaah haji. Sah dilakukan sesaat, atau harus menghabiskan waktu seharian? Simak ulasannya untuk mendapat informasi bermanfaat.

Kedudukan Wukuf di Arafah

Makna wukuf, Sumber: liputan6.com
Makna wukuf di Arafah, Sumber: liputan6.com

Sebagai rukun yang khas di dalam ibadah haji, tentu wukuf memiliki kedudukan penting di dalamnya. Hal ini tergambar dari berbagai riwayat yang dijelaskan oleh syariat Islam.

Salah satunya adalah dalam sebuah riwayat yang artinya,

Haji adalah (wukuf di) Arafah. Siapa saja yang datang di (Arafah) pada hari Nahar malam sebelum fajar terbit, dia terhitung melakukan wukuf”. (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Dengan demikian para ulama menekankan pelaksanaan wukuf dalam haji. Bagi jamaah yang tidak melaksanakannya, maka konsekuensinya cukup berat. Jumhur ulama menyatakan haji seseorang menjadi tidak sah sebab tidak melakukan wukuf.

Meskipun ibadah haji memiliki rukun selain wukuf, namun wukuf begitu penting. Bukan berarti rukun lainnya tidak penting, namun wukuf memiliki sejarah dan esensi tersendiri. Tidak mengherankan jika urutan wukuf dilakukan di awal setelah jamaah haji berihram.

Selain itu rukun-rukun yang lain juga bisa dilakukan setiap waktu saat ber-umrah. Dan tidak dengan wukuf yang hanya bisa dilakukan saat haji. 

Maka tidak peduli berapa lama ibadah haji yang dilakukan seseorang, wukuf tetap harus dilakukan. Selain untuk keabsahan ibadah haji, juga untuk meningkatkan nilai ruhiyah seorang hamba. Sebab dalam wukuf, jamaah bisa melakukan introspeksi terhadap diri. 

Waktu Wukuf di Arafah

Waktu wukuf di Padang Arafah, Sumber: antaranews.com
Waktu wukuf di Padang Arafah, Sumber: antaranews.com

Wukuf di Arafah merupakan bagian aktivitas dari ibadah haji, yakni dengan berdiam diri di padang Arafah. Rasulullah tidak membatasi di bagian Arafah yang mana. Selama masih di padang Arafah, wukuf sudah dianggap sah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Seluruh Arafah adalah tempat untuk wukuf, tetapi hindarilah wukuf di Lembah Uranah”. (HR Ibnu Majah)

Setelah mengetahui lokasi wukuf, jamaah perlu mengetahui waktu wukuf yang perlu dilakukan. Sebab meski telah ada penjelasan bahwa wukuf itu dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, namun masih banyak pertanyaan. Bolehkah dilakukan hanya sesaat atau semalaman? Atau bolehkah dilakukan siang hari?

Pertanyaan semacam ini walaupun terkesan sederhana, namun jamaah sebaiknya tetap mendapat jawaban. Pasalnya, jika tidak terjawab akan menjadi satu alasan penghilang khusyuknya ibadah.

Dalam sebuah riwayat dari ‘Urwah bin Mudarris Ats Tsa’labah, beliau berkata yang artinya,

Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Muzdalifah, saat beliau keluar untuk shalat (shalat subuh). Aku berkata, “Wahai Rasulullah aku telah datang dari dua Gunung Tayyiy. Aku telah melelahkan untaku (karena perjalanan yang jauh) dan aku telah melelahkan diriku sendiri. Demi Allah, tidak ada bukit pasir yang tidak aku pijak. Apakah saja masih bisa menunaikan ibadah haji?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang menghadiri shalat kami ini dan berdiri bersama kami hingga kami beranjak pergi, lalu dia wukuf di Arafah sebelum itu, baik siang maupun malam, maka dia telah menyempurnakan hajinya dan menyempurnakan manasiknya”. (HR At Tirmidzi)

Dari riwayat di atas dapat dipahami bahwa wukuf tidak harus dilakukan semalaman. Meski tetap yang melakukan semalaman lebih utama, namun tidak mengapa wukuf hanya siang saja atau malam saja. Namun yang perlu digaris bawahi adalah shalat subuh pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Keabsahan wukuf adalah dengan ikut sertanya jamaah pada shalat subuh di hari Idul Adha. Dengan demikian, tour guide system ibadah haji perlu mengingatkan jamaahnya. Terlebih bagi yang hanya mengikuti wukuf pada siang harinya. 

Meski demikian, jamaah tidak boleh menganggapnya sepele. Maksudnya jangan sampai dengan sengaja akan wukuf hanya pada sebagian waktu, baik siang atau malamnya. Sebab sebagaimana telah dijelaskan di atas, ibadah wukuf memiliki kedudukan penting dalam ibadah haji.

Jika memiliki udzur, setidaknya jamaah mengusahakan untuk bisa mengikuti wukuf pada malam harinya. Melakukan wukuf di malam hari akan menjadikannya lebih kondusif. Introspeksi dan amalan seakan serasa lebih dekat dengan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Haji itu hadir di Arafah. Barang siapa yang datang pada malam hari jam’in (10 Dzulhijjah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya dia masih mendapatkan haji”. (HR At Tirmidzi)

Nah itulah waktu wukuf beserta batasannya yang perlu jamaah ketahui. Agar pelaksanaan menjadi sah, jamaah perlu memperhatikan waktu tersebut. Serta memperhatikan wukufnya agar tidak menjadi jamaah yang lalai.

Maksimalkan Waktu Terbaik

Memanfaatkan waktu dengan baik ketika wukuf, Sumber: antaranews.com
Memanfaatkan waktu dengan baik ketika wukuf, Sumber: antaranews.com

Waktu wukuf di Arafah merupakan salah satu waktu terbaik bagi seorang hamba. Sebagai bagian dari rangkaian ibadah haji, maka sudah selayaknya para jamaah antusias dalam melakukannya. 

Bagaimana bukan waktu terbaik? Saat berwukuf, nilai kehambaan manusia akan sangat terasa. Dalam wukuf, manusia sedang dalam keterbatasan. Baik keterbatasan waktu, tempat, hingga pakaian yang dikenakan. Dalam wukuf, tidak ada yang membedakan antar manusia.

Sebab tidak ada bedanya antara yang kaya dan yang miskin, kulit putih maupun kulit hitam, ketundukan hamba lah yang dominan. Waktu wukuf adalah saat manusia meninggalkan beragam perhiasan dunia.

Waktu terbaik itu, selayaknya dimaksimalkan oleh setiap jamaah. Dimaksimalkan dengan melakukan evaluasi diri. Apakah umur yang telah diberikan selama ini, telah digunakan sebaik mungkin untuk menunjukkan kehambaan. 

Sebagai hamba dan makhluk terbaik, sebagai manusia tentu memiliki tujuan penciptaan. Dimana tujuan penciptaan tersebut tidak lain hanyalah untuk mengabdi kepada Allah sang pencipta alam semesta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya,

Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadaKu (Allah)”.

Jika memang belum memaksimalkan diri untuk melakukan tujuan penciptaan itu, maka dalam momen wukuf itulah kesempatan untuk memohon ampun. Sebab makna wukuf adalah berhenti. Yaitu berhenti sejenak dari hiruk pikuk kepentingan dunia untuk introspeksi diri.

Dengan memaksimalkan waktu wukuf di Arafah, harapannya setiap jamaah akan kembali menjadi hamba yang semestinya. Yakni menjadi hamba yang benar-benar hidup dan mati hanya untuk Allah semata.

Aplikasi Pendukung Ibadah Haji

Software Manajemen Umroh Muslim Pergi, Sumber: muslimpergi.com
Software Manajemen Umroh Muslim Pergi, Sumber: muslimpergi.com

Informasi mengenai waktu wukuf di Arafah di atas merupakan satu dari berbagai informasi yang perlu jamaah ketahui. Untuk ibadah yang lebih nyaman dan khusyuk, masih banyak informasi yang sebaiknya juga diketahui jamaah.

Dan untuk memberi dukungan pada jamaah haji dan umroh, saat ini pihak penyelenggara bisa memanfaatkan aplikasi travel umroh. Sebuah aplikasi pendukung untuk pelaksanaan ibadah haji yang mudah dan kondusif.

Dengan aplikasi MuslimPergi, jamaah bisa mencari berbagai informasi yang dibutuhkan. Tidak perlu kemanapun, jamaah bisa mengakses kebutuhan mereka hanya dengan smartphone dalam genggaman. Aplikasi akan menjadi fitur pendukung yang memudahkan setiap jamaah.