Dalam setiap bisnis, pasti ada saja peluang terjadinya penipuan. Dari banyaknya kasus yang ada, penipuan haji furoda menjadi satu fenomena yang cukup menggemparkan. Alih-alih mendapat fasilitas yang ditawarkan, akhirnya jamaah hanya mendapat kekecewaan.
Tentu kasus semacam ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pebisnis travel. Meskipun tidak berdampak secara langsung, pengelola travel akan merasa khawatir dengan calon jamaahnya. Terlebih bagi travel baru yang masih mengenalkan eksistensinya kepada masyarakat.
Nah bagaimana cara pengusaha travel menyikapi kasus ini? Simak ulasan berikut ini dan dapatkan informasinya!
Kasus Penipuan Haji Furoda

Belum lama ini Polda Metro Jaya berhasil menangkap SJA, seorang direktur sebuah travel. Penangkapan tersebut bukanlah tanpa sebab, melainkan karena kasus penipuan haji furoda yang dilakukan oleh SJA.
Selain terkait pelaksanaan ibadah, kasus ini viral sebab haji furoda memerlukan uang dengan nominal yang fantastis. Untuk bisa berangkat dengan haji furoda, seorang jamaah bisa sampai mengeluarkan dana 200 juta rupiah. Peluang inilah yang dijadikan tersangka untuk melakukan kasus penipuan haji.
Dalam penawarannya, tersangka melakukan iming-iming kepada korban dengan biaya yang sedikit miring. Yakni hanya kisaran 130 juta rupiah. Selain itu juga akan diberangkatkan langsung dari Jakarta ke Arab Saudi. Plus dengan berbagai fasilitas yang memikat hati. Namun faktanya hanyalah penipuan.
Tidak menunggu musim haji, proses marketing yang dilakukan tersangka terus menerus dan terhitung cukup massif. Pasalnya selain dilakukan oleh tersangka, proses marketing juga dilakukan oleh beberapa bawahan yang direkrutnya.
Tetapi sebagaimana pepatah sepintar-pintarnya tupai meloncat akan terjatuh juga, akhirnya keburukan pun terbongkar. Setelah korbannya melaporkan kepada polisi, kasus penipuannya pun harus berhenti.
Meski sudah tertangkap, namun kasus itu menjadi coretan bagi travel haji. Setiap kali ada kasus penipuan yang berkaitan dengan haji dan umroh, tentu akan menjadi trauma bagi calon jamaah. Travel yang tidak melakukan penipuan pun terkena imbasnya.
Tidak bisa dipungkiri, trauma dari calon jamaah akan menjadi sebuah penghalang. Mereka akan was-was saat ingin mendaftarkan diri kepada sebuah travel. Meski haji furoda saat ini menjadi alternatif jalan tol untuk berhaji, namun jamaah akan berpikir ulang untuk ikut haji furoda.
Kekhawatiran dan was-was para calon jamaah tentu perlu disikapi oleh para pengusaha travel. Menyikapinya bukan untuk menjaga citra travel, namun lebih untuk memfasilitasi jamaah yang akan melakukan ibadah haji furoda. Sebab tentu ada alasan jika jamaah lebih memilih paket furoda.
Menyikapi Penipuan Haji Furoda

Pengelola travel perlu menyikapi kasus penipuan ini. Dan berikut ada beberapa cara yang bisa dijadikan referensi untuk menyikapi kasus penipuan yang terjadi:
1. Memahami Ujian Allah
Ketika terjadi kasus penipuan seperti pada kasus di atas, tentu dampaknya adalah kepada semua penyelenggara travel. Namun meski ada kekhawatiran, pengelola travel perlu memahami kasus itu sebagai satu bentuk ujian dari Allah.
Sebagaimana bentuk usaha yang lain, dalam usaha travel haji dan umrah tentu ada ujian. Sedangkan trauma dari calon jamaah hanyalah satu di antara ujian yang ada. Dengan berbagai ujian dari Allah, sejatinya akan menjadikan travel lebih langgeng. Terutama yang tidak ada niat untuk menipu.
2. Tetap Profesional
Selanjutnya travel perlu tetap menjaga profesionalitas. Tidak dengan melakukan pencitraan dan ikut menjelekkan travel yang melakukan penipuan. Namun dengan melakukan berbagai perbaikan dan inovasi dalam internal pengelolaan travel.
Baik itu dari perbaikan layanan di kantor, hingga dalam menyiapkan tour guide system. Melakukan perbaikan tujuannya adalah untuk evaluasi. Hal itu agar jamaah puas jika nantinya mendaftar melalui travelnya.
3. Beri Layanan Sebaik Mungkin
Selain menjaga profesionalitas, travel juga perlu memberi pelayanan sebaik mungkin. Tidak dengan memberikan tawaran yang hiperbolis, namun dengan layanan yang sesuai dengan kemampuan. Pelayanan yang hiperbolis akan menjadikan calon jamaah ragu dan bertanya-tanya.
Dalam memberikan pelayanan, posisikan travel sedang membantu saudara seiman dalam melakukan ketakwaan. Pada dasarnya sesama orang beriman harus saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan biro travel adalah cara untuk melakukan hal itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Maidah ayat 2 yang artinya,
“Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan”.
4. Tetap Lakukan Marketing
Dan sikap yang perlu untuk terus dilakukan adalah dengan tetap melakukan proses marketing. Berbeda dengan jenis usaha yang lain, usaha travel hakikatnya memiliki sisi dakwah. Sebab berhaji merupakan bagian dari rukun Islam. Dan marketing merupakan bagian dari aktivitas dakwah.
Tidak hanya soal mendapat keuntungan, pengelola travel perlu mengutamakan sisi ini. Dan sebagaimana diketahui, dakwah tidak pernah mudah. Meski mengajak orang untuk berhaji semakin sulit sebab oknum, bukan berarti harus berhenti.
Yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi cara marketing. Jika pilihan paket haji sudah tidak begitu meyakinkan calon jamaah, coba lakukan cara lain. Dan yakinlah, jika yang diutamakan adalah untuk menyeru pada penegakkan rukun Islam, Allah akan memberikan jalan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Fussilat ayat 33 yang artinya,
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri”.
5. Semakin Membersamai Masyarakat
Selain itu hal yang seringkali dilupakan oleh travel haji dan umroh adalah kurangnya membersamai masyarakat. Padahal sebagai unit usaha yang menjembatani masyarakat dalam ibadah, sudah sepatutnya pengelola travel sering membersamai masyarakat.
Semakin sering pihak travel berada di tengah masyarakat, maka kepercayaan akan terjaga. Berbeda dengan pencitraan yang hanya sesekali membersamai masyarakat. Dimana yang sesekali membersamai tersebut hanya akan mendatangkan kekecewaan.
Ada banyak cara untuk membersamai masyarakat. Mulai dari melakukan aktivitas CSR, menyelenggarakan pengajian rutin, atau hal lain yang masih terkait dengan haji dan umrah.
6. Hindari Isu dan Opini
Dan terakhir travel juga perlu untuk menghindari isu dan opini liar terkait dengan kasus penipuan yang sedang terjadi. Tidak perlu memberikan penjelasan kepada masyarakat dan calon jamaah terkait hal itu. Cukup memberi jawaban hanya ketika ada yang bertanya.
Mengulas dan membahas keburukan travel lain sama halnya dengan mengumbar aib, meski itu fakta. Dan melakukan hal itu sama sekali tidak ada baiknya bagi pengelolaan travel ke depannya.
Terdapat sebuah hadits yang artinya,
“Barangsiapa menutupi aib seseorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat”. (HR Muslim)
Nah itulah beberapa poin yang bisa dijadikan referensi untuk menyikapi kasus penipuan haji furoda yang marak terjadi. Tidak perlu membusungkan dada dengan pelayanan yang dimiliki, cukup memberi hal positif. Dan terus mengajak calon jamaah untuk menunaikan haji, salah satunya dengan paket furoda.
Layanan Maksimal dengan Aplikasi MuslimPergi

Untuk memberikan pelayanan terbaik, saat ini travel perlu memiliki aplikasi travel umroh. Sebuah aplikasi yang bisa diakses oleh jamaah kapanpun mereka membutuhkan.
Dengan adanya aplikasi yang disediakan oleh travel umroh, akan semakin memudahkan para jamaah. Pasalnya tidak hanya bisa mengakses layanan, namun juga berbagai informasi bermanfaat yang mereka perlukan.
Untuk pelaksanaan ibadah yang nyaman dan khusyuk, jamaah tidak hanya butuh pelayanan terkait persiapan. Namun juga ilmu dan pengetahuan agar tidak melakukan hal yang terlarang. Disisi lain, adanya aplikasi juga akan memudahkan travel dalam manajemen haji maupun umrah.
