Sejarah Maqam Ibrahim, Batu Pijakan yang Kerap Disangka Kuburan

Tidak dipungkiri, banyak umat Islam yang belum memahami sejarah Maqam Ibrahim. Sebagai satu tempat istimewa, anggapan yang salah pada tempat itu akan berakibat fatal. Pasalnya tempat itu sejatinya bukanlah kuburan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, meski tetap terkait dengan beliau.

Saat ini Maqam Ibrahim telah ditutupi dengan kurungan seperti sangkar. Hal inilah yang memang seringkali membuat orang salah sangka. Terlebih bagi jamaah yang berasal dari Tanah Air. Sebab rata-rata kuburan di Tanah Air dikelilingi oleh pagar yang seakan mengurungnya.

Lantas sebenarnya apa itu Maqam Ibrahim dan bagaimana sejarahnya? Simak ulasan berikut dan dapatkan informasinya!

Apa itu Maqam Ibrahim?

Mengenal Maqam Ibrahim, Sumber: zamzam.com
Mengenal Maqam Ibrahim, Sumber: zamzam.com

Meskipun namanya adalah Maqam Ibrahim, namun maksud dari kata maqam bukanlah makam. Walaupun banyak kata dalam bahasa Indonesia adalah kata serapan dari bahasa Arab, namun tidak semuanya sama.

Secara bahasa, maqam sendiri memiliki arti tempat pijakan. Dimana dari arti ini, dapat diketahui bahwa maksud Maqam Ibrahim adalah tempat pijakan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Berpijak pada apa dan untuk apa?

Pijakan yang digunakan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah batu. Dimana batu itu dibawa dan disusun oleh Nabi Ismail ‘Alaihissalam ketika proses pembangunan Ka’bah. Semakin tinggi bangunan Ka’bah, semakin tinggi pula batu yang digunakan untuk berpijak. 

Maqam Ibrahim pasti ramai dikunjungi jamaah setiap melaksanakan ibadah haji dan umroh. Terlebih jika umroh yang dilakukan adalah umroh akhir Ramadhan. Sebab tempat ini memiliki keutamaan tersendiri.

Sejarah Maqam Ibrahim

Pada masa lalu, tempat pijakan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tersebut tidaklah seperti yang ada saat ini. Dimana pada mulanya, Maqam Ibrahim tepat berada di samping bangunan Ka’bah. Menempel pada dindingnya.

Secara logika yang namanya pijakan tidak akan jauh dari apa yang akan diraihnya. Dalam membangun Ka’bah, pada mulanya memang Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tidak perlu pijakan. Namun seiring dengan meningginya bangunan, beliau baru memerlukan bangunan.

Pada masa lalu pun bangunan Ka’bah tidak bertutup permanen. Dengan batu pijakannya, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam hanya menutup atas bangunan itu dengan apa yang mudah diraihnya. Dan yang memberikan penutup atap secara permanen pertama kali adalah Suku Quraisy.

Di perjalanan waktu Khalifah Umar bin Khattab pun menggeser Maqam Ibrahim beberapa meter. Dimana beliau memiliki pertimbangan tersendiri terhadap kebijakannya itu. Dimana memang jika menempel di dinding Ka’bah, tentu akan mengganggu saat jamaah melakukan thawaf.

Dan atas perintah dari Khalifah Al Mahdi dari dinasti Abbasiyah, batu Maqam Ibrahim itu diikat dan dibuatkan penutup yang mirip dengan sangkar burung. Hal ini selain menjadikan batu Maqam Ibrahim lebih aman, juga memunculkan kesan tersendiri.

Hadits tentang sholat tepat waktu. Sumber: google.com
Hadits mengenai penjelasan Maqam Ibrahim. Sumber: google.com

Jika ditelaah lebih jauh, awal mula adanya batu tersebut sebenarnya bukanlah dari bumi. Namun batu yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari surga bersamaan dengan Hajar Aswad. Dimana mulanya batu-batu tersebut putih bercahaya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim adalah dua batu yang datangnya dari surga. Seandainya bukan karena dosa dan kesalahan manusia, maka batu itu mampu menerangi timur dan barat”. (HR Al Baihaqi)

Dari penjelasan Rasulullah tersebut, dapat diketahui bahwa batu Maqam Ibrahim bukanlah batu sembarangan. Meski perlakuan yang disyariatkan pada Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim berbeda, keduanya tetaplah memiliki keutamaan.

Dimana bagi setiap jamaah yang mengikuti ketetapan syariat pada masing-masing batu tersebut akan mendapat keberuntungan.  Baik itu keberuntungan di dunia bahkan hingga ke akhirat kelak.

Menurut Imam Hasan Al Basri dalam Dlimna Akbar Makkah lil fakihi dikatakan, berdoa di dekat pijakan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam tersebut akan lebih mustajab. Terlebih jika dilakukan dengan niat karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Aturan Syariat pada Maqam Ibrahim

Aturan syariat untuk Maqam Ibrahim, Sumber: quoracdn.net
Aturan syariat untuk Maqam Ibrahim, Sumber: quoracdn.net

Meskipun sama-sama batu dari surga, perlakuan pada Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim berbeda. Dimana Hajar Aswad lebih banyak disentuh dan dicium oleh jamaah daripada Maqam Ibrahim.

Sebab hal itu dikarenakan aturan syariat terhadap Hajar Aswad memanglah untuk disentuh dan dicium. Hal ini sebagaimana sebuah riwayat yang berasal dari amirul mukminin, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu.

Dalam riwayat tersebut dikatakan yang artinya,

Dari Umar, sesungguhnya dia mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya lalu berkata, ‘Aku mengetahui engkau adalah batu yang tidak akan memberi faedah apapun. Jika aku tidak melihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu”. (HR Bukhari)

Mencium Hajar Aswad merupakan tindakan yang taat syariat. Dan melakukan aturan syariat pada Maqam Ibrahim pun merupakan taat syariat. Dimana keduanya akan mendatangkan keutamaan. Dan keutamaan Maqam Ibrahim akan didapatkan jika setiap jamaah melakukan aturan syariat terhadapnya.

Berbeda dengan Hajar Aswad, syariat Islam memberi aturan bahwa Maqam Ibrahim dijadikan sebagai tempat shalat. Hal ini tertera dalam kitab suci Al Quran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 125 yang artinya,

Dan jadikanlah Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat”.

Ayat di atas juga dipertegas oleh sebuah riwayat yang menjelaskan perlakuan Rasulullah di masa lalu terhadap Maqam Ibrahim. Dimana Rasulullah pun memerintahkan hal yang sama.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan yang artinya,

Ketika sampai di Ka’bah Rasulullah langsung mencium Rukun Hajar Aswad kemudian melakukan thawaf berlari-lari kecil tiga putaran. Dan selebihnya yang empat putaran dengan jalan biasa. Lalu beliau menghadap ke Maqam Ibrahim dan membaca, ‘Jadikanlah Maqam Ibrahim tempat shalat’. Dan menjadikannya berada di antara dirinya dan Ka’bah”. (HR Muslim)

Nah untuk mengenang perjuangan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, sebaiknya setiap jamaah melakukan aturan ini. Dan travel umroh sebaiknya juga perlu menyertakan hal ini dalam tour guide system pelaksanaan haji dan umroh.

Kuburan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam

Nah dengan demikian jelaslah bahwa Maqam Ibrahim bukanlah kuburan. Jika kuburan tentu syariat tidak akan mengizinkan untuk shalat disana. Sejarah Maqam Ibrahim ada kaitannya dengan bapak para Nabi tersebut, namun bukanlah kuburannya.

Lokasi Maqam Ibrahim berbeda dengan lokasi kuburan beliau. Dalam berbagai sumber dikatakan, kuburan beliau berada di Kota Tua Hebron Palestina. Yakni di pemakaman tokoh-tokoh yang dihormati dalam agama samawi.

Dalam masa kekhalifahan, di sekitar makam beliau dibangun sebuah masjid. Hal itu untuk memberikan penghormatan kepada beliau.

Aplikasi MuslimPergi Memudahkan Arus Informasi

Software Manajemen Umroh Muslim Pergi, Sumber: muslimpergi.com
Software Manajemen Umroh Muslim Pergi, Sumber: muslimpergi.com

Nah itulah ulasan mengenai sejarah Maqam Ibrahim yang sering disangka sebagai kuburan. Setiap travel umroh perlu memberikan informasi ini kepada para jamaah agar benar dalam bersikap.

Dan saat ini telah ada aplikasi travel umroh. Dimana aplikasi tersebut akan lebih memudahkan dalam memberikan informasi kepada para jamaah. Tidak perlu mengundang jamaah ke kantor pelayanan, informasi dapat dibagikan hanya dengan smartphone dalam genggaman.

Selain itu, aplikasi juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan. Sehingga persiapan yang dilakukan akan menjadi lebih mudah. Selain itu akan memunculkan kesan yang tak terlupakan bagi setiap jamaah.