Berjanji untuk Pergi Haji bagi Seorang Muslim Meski Belum Mampu, Bolehkah?

Pergi haji menjadi satu keharusan bagi muslim yang ingin sempurna rukun Islamnya. Namun disebabkan berangkat haji membutuhkan banyak biaya, tidak semua muslim mampu melaksanakannya. Lantas bolehkah seorang muslim berjanji pergi haji walaupun keadaannya belum mampu?

Perlu diingat setiap muslim bahwa janji itu sama halnya dengan berhutang. Maka ketika seorang muslim berjanji pergi haji, sejatinya dirinya sudah mengikrarkan diri dalam hutang. Meskipun pada dasarnya hutang kepada Allah dan manusia itu berbeda.

Pembahasan kali ini akan mengulas tentang hal ini. Bagaimana sebenarnya jika seorang muslim ingin berjanji untuk haji, padahal dirinya masih dalam kekurangan. 

Kedudukan Haji Bagi Muslim

Kedudukan ibadah haji bagi setiap muslim, Sumber: wikipedia.com
Kedudukan ibadah haji bagi setiap muslim, Sumber: wikipedia.com

Perlu menjadi kesadaran setiap muslim bahwa meskipun wajib, berhaji hanya mengikat muslim yang mampu. Mampu yang dimaksud tidak hanya sekedar mampu secara fisik, namun juga mental dan materi. Ketika sudah memenuhi syarat-syarat haji, maka seorang muslim harus segera menunaikannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 97 yang artinya,

Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah) maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan apapun) dari alam semesta”.

Tidak semua orang Allah anugerahi dengan amanah harta. Sebagai modal utama untuk melakukan perjalanan ke Tanah Suci, orang yang memiliki harta sebaiknya segera menunaikan haji. Sebab jika tidak segera berhaji, dalam satu sisi hal itu menjadi pengingkaran terhadap amanah harta yang dimilikinya.

Namun hukum ibadah haji berbeda bagi musim yang tidak memiliki harta yang cukup. Meskipun secara mental dan fisik dirinya mampu, namun tidak boleh dirinya memaksakan untuk berhaji. 

Beberapa contoh dari memaksakan berhaji adalah seperti mengalihkan dana untuk kebutuhan pokok, menjual aset dan semacamnya. Haji yang ditunaikan dari pemaksaan diri akan jauh dari kebaikan. Bahkan berpotensi tidak mendapatkan haji yang mabrur. 

Hal ini sebagaimana yang pernah disampaikan oleh ulama seperti Buya Yahya dalam ceramahnya. Beliau dengan tegas menyatakan tidak dibenarkan berhaji jika memang belum mampu. Sebab ibadah haji pada dasarnya hanya wajib bagi yang mampu secara materi.

Berjanji Pergi Haji

Muslim di musim haji, Sumber: ctvnews.ca
Muslim di musim haji, Sumber: ctvnews.ca

Dengan demikian bagi seorang muslim perlu hati-hati saat akan melakukan janji untuk pergi haji. Jika ingin berjanji, sebaiknya didasari dengan niat dan cara yang benar. Bagi seorang muslim, niat dan cara harus selaras, yakni sama-sama dilakukan dengan benar.

Jika ingin berjanji pergi haji dalam keadaan masih belum mampu, maka janji yang dibuat bukanlah janji untuk berhaji. Namun janji yang dibuat adalah janji akan pergi haji jika Allah telah memberikan kemampuan padanya suatu saat nanti.

Dengan janji yang semacam ini, maka dirinya tidak akan beresiko terkena janji adalah hutang. Meskipun dirinya telah meninggal dunia dalam keadaan belum berhaji, dirinya tidak menanggung hutang. Jika memang waktu meninggal tersebut dirinya memang masih dalam keadaan belum mampu.

Selain itu janji yang semacam ini juga akan memiliki dampak positif bagi orang tersebut. Dengan mengingat janjinya, hidupnya akan jauh lebih baik dan bermakna. Tidak hanya dalam persiapan berangkat haji saja yang semangat, bahkan di hari-hari untuk bisa memenuhi janji juga akan semangat.

Sebaiknya seorang muslim tidak memandang remeh sebuah janji. Meskipun Allah adalah Maha Pengasih lagi Maha penyayang yang senantiasa memberi rahmat, janji tetaplah hutang.

Dari sahabat Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu “anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Janji adalah hutang” (HR At Thabrani)

Ketika berjanji akan pergi haji namun tak melaksanakan hingga wafat, dirinya akan menanggung hutang. Memang benar Allah akan memberi rahmat dan ampunan jika ada hamba yang tidak membayar hutang padaNya. 

Namun bukankah hal itu bukan etika yang baik? Bagaimana mungkin orang yang tiba-tiba berhutang, namun tidak membayar hutangnya. Padahal tempat berhutangnya telah memberikan seluruh keperluan hidupnya.

Dampak Positif Janji Pergi Haji

Berdoa agar bisa menunaikan haji, Sumber: ayobandung.com
Berdoa agar bisa menunaikan haji, Sumber: ayobandung.com

Sedangkan janji pergi haji dengan niat dan cara yang benar, akan ada dampak positif darinya. Dan berikut adalah beberapa dampak positif tersebut:

1. Hidup Lebih Semangat

Pertama dampak positifnya adalah membuat hidup seorang muslim lebih semangat. Dengan dorongan cinta pada Allah dengan berhaji dan mengingat janji, tidak ada kemalasan dalam menjalani hari. Bekerja pun menjadi lebih giat, dengan harapan semakin giat akan semakin banyak harta yang terkumpul.

Ketika datang penat sebab beraktivitas pun juga mendatangkan banyak kebaikan. Sebab penat yang dialami adalah dalam rangka berusaha memenuhi janji pada Allah. Setiap niat untuk menuju rahmat Allah akan mendatangkan kebaikan.

2. Lebih Dekat pada Rahmat

Sebuah janji pada dasarnya menjadi komitmen. Maka dengan janji berhaji itu, hidupnya akan dipenuhi aktivitas untuk memenuhi komitmen. Dampaknya adalah hidupnya akan jauh dari namanya kesia-siaan.

Di sinilah letak dirinya akan senantiasa dekat pada rahmat Allah. Berbeda jika dirinya tidak memiliki ikatan janji, bisa jadi potensi keburukan akan senantiasa mengikatnya. Tidak hanya malas dari menjalani hidup, namun juga dirinya tergelincir pada kemaksiatan.

3. Hidup Lebih Terarah

Selain itu dengan adanya janji tersebut, hidup seorang muslim akan semakin terarah. Setiap dana yang didapatkannya akan diakumulasikan untuk persiapan menunaikan haji. Tidak akan ada dana yang dikeluarkan tanpa tujuan yang jelas.

Melihat persiapan untuk pergi haji tidak hanya materi, dengan harta yang telah dimilikinya akan dia gunakan untuk kebaikan, salah satunya untuk persiapan. Mulai dari ilmu tentang haji, mengumpulkan doa-doa haji dan segala hal terkait persiapan menunaikan ibadah haji.

Nah itulah beberapa dampak positif dari janji pergi haji yang dilakukan seorang muslim dengan niat dan cara yang benar. Agar janji lebih dekat pada realisasi, seorang muslim sebaiknya mengiringi janji dengan sebuah keyakinan.

Dengan demikian selain dirinya akan mendapatkan keutamaan haji dari niatnya, dirinya juga akan lebih dekat pada pelaksanaan ibadah haji.

Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,

Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan lalu menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menuliskan itu baginya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan itu lalu mengerjakannya, maka Allah menuliskan itu di sisiNya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat hingga kelipatan yang banyak”. (HR Bukhari)

Namun sebaiknya selain berupaya merealisasikan janji, setiap muslim yang berjanji pergi haji juga menambah informasi terkait jenis haji. Sebab dengan seperti itu pelaksanaan usaha pergi janji yang sedang dilakukannya akan menjadi lebih realistis.

Selain itu juga yang tidak kalah penting adalah dengan melakukan pemilihan terhadap agen haji dan umroh yang akan digunakan. Hal ini akan menjadikan upaya realisasi janji pergi haji semakin mantap.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan setiap hambaNya untuk melaksanakan perintah haji. Dan menjadikan setiap pelaksanaan haji hambaNya sebagai haji yang mabrur yang mendatangkan banyak kebaikan.