Niat dan Tata Cara Ihram Sesuai Sunnah, Penting Diketahui Jamaah

Agama Islam mengharuskan kaum muslim yang mampu untuk berhaji. Namun karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta antrian yang terlampau panjang, banyak yang akhirnya memilih berumroh. Dari kedua jenis ibadah ini, tata cara ihram adalah satu hal yang wajib dipahami oleh calon jamaah.

Memang, hukum haji adalah wajib dan umroh tidak. Namun, umroh menjadi solusi. Pasalnya dengan melaksanakan umroh, seorang muslim dapat melepas kerinduan dengan Baitullah. Apalagi pelaksanaannya bisa dilakukan kapanpun, tidak seperti haji.

Hal lain yang menjadi motivasi tersendiri adalah pesan yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Suatu ketika beliau pernah bersabda berkaitan ibadah umroh.

tata cara ihram
umroh dan haji adalah ibadah khusus dalam Islam. sumber: istockphoto.com

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Umroh ke umroh merupakan kafarah (dosa) diantara keduanya. Sedangkan haji mabrur tiada balasan baginya kecuali surga”. (HR Bukhari dan Muslim)

Antusias besar kaum muslim untuk umroh sebaiknya disambut dengan baik oleh para penyedia biro perjalanan umroh. Selain memberikan akomodasi yang memadai, kesiapan pemahaman jamaah juga perlu diperhatikan. Nantinya, persiapan sebelum ihram hingga rangkaian ibadah dapat dilewati dengan baik.

Niat Ihram dan Bacaannya

Ihram adalah keadaan dimana seseorang telah menahan diri dari hal terlarang. Ketika memasuki kawasan Miqat, seorang muhrim sudah terlarang melakukan hal tertentu. Dalam keadaan ini, seseorang sudah harus mengenakan pakaian khas ibadah di Tanah Suci dengan didahului niat.

Banyak orang yang masih berpandangan bahwa niat ihram adalah saat akan mengenakan pakaian ihram saja. Padahal sebenarnya niat ihram adalah untuk melaksanakan ibadah di Baitullah baik haji maupun umroh. Memakai pakaiannya adalah satu bagiannya saja.

tata cara ihram
ihram harus disertai dengan niat. sumber: istockphoto.com

Namun kendati demikian, tentu seorang muhrim harus melafalkan doa sebagai representasi niatnya. Dan itu dilakukan ketika seseorang akan memakai baju ihram. Berikut adalah bacaan sebagai doa untuk berihram:

نَوَيْتُ الْحَجَّ والعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهاَ لِلهِ تَعَالَى

Artinya, “Aku berniat melaksanakan haji dan umroh, dan aku berihram karena Allah Ta’ala”.

Niat akan lebih terasa ketika direpresentasikan dengan lisan dan disusul perbuatan. Dengan demikian, setelah berdoa seseorang harus segera mengenakan pakaian ihram. Namun tentu dengan tata cara tertentu. Sesuai dengan sunnah yang telah Rasulullah SAW contohkan.

Tata Cara Ihram Sesuai Sunnah

Islam telah memberikan pedoman dalam segala hal termasuk dalam berihram. Oleh karenanya, jamaah harus berpatokan pada pedoman tersebut. Berikut ini adalah tata cara berihram sesuai sunnah Rasulullah SAW:

1. Mandi

Seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan disunnahkan mandi untuk ihram. Dan untuk perempuan baik dirinya dalam kondisi haidh maupun suci, tetap dianjurkan melakukannya.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:

“Lalu kami keluar bersama beliau SAW lalu ketika sampai di Dzul Hulaifah, Asma binti ‘Umais melahirkan Muhammad bin Abi Bakr. Lalu Asma mengutus seseorang untuk bertemu Rasulullah SAW, kemudian berkata : “Apa yang aku kerjakan?”, maka beliau SAW menjawab “ Mandilah dan beristighfarlah kemudian ihram”. (HR Muslim no. 2941)

Mandi merupakan langkah awal dalam tata cara ihram. Karena kebersihan dan kesucian adalah syarat semua ibadah. Selain terdapat syarat lain, kesucian merupakan syarat haji dan umroh yang tak boleh terlewatkan.

2. Memakai Wewangian

Sebagaimana melakukan ibadah yang lain, seseorang disunahkan memakai wangi-wangian untuk berihram. Hal ini sesuai dengan perkataan ‘Aisyah ra :
“Aku memakaikan wangi-wangian kepada Nabi untuk ihramnya sebelum berihram, dan halalnya sebelum thawaf di Ka’bah”. ( HR Bukhari no 1539)

tata cara ihram
memakai wewangian adalah bagian dari ihram. sumber: istockphoto.com

Memakai wangi-wangian untuk ihram boleh ketika setelah selesai mandi. Namun, tidak mengapa jika memakainya sebelum melaksanakannya. Dengan catatan wanginya tidak hilang sampai selesai melaksankan ihram. Maka dari itu sebaiknya mengenakan wewangian yang paling wangi.

Terkait hal ini, ‘Aisyah ra berkata:

“Rasulullah SAW saat akan berihram memakai wewangian paling wangi yang beliau dapatkan. Kemudian aku melihat kilatan minyak di kepalanya dan jenggotnya setelah itu”. ( HR Muslim no. 2830)

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa cara mengenakan wewangian saat melaksanakan ihram adalah menyemprotkan pada bagian tubuh. Oleh karenanya, ketika ada orang yang mengenakan pada pakaian, statusnya masih menjadi perdebatan.

3. Mengenakan Pakaian Ihram

Dalam memakai pakaian untuk haji dan umroh, tidak ada keharusan untuk menggunakan pakaian khusus. Namun tidak boleh adanya jahitan maupun aksesoris lainnya. Hal ini sebagaimana sabda beliau SAW:

“Hendaklah salah seorang diantara kalian berihram dengan menggunakan sarung dan selendang serta sepasang sandal” (HR Ahmad)

Selain itu diutamakan pakaian yang digunakan adalah yang berwarna putih. Dimana ketika menggunakan yang dianjurkan tentu lebih dekat pada kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik pakaian kalian adalah yang berwarna putih. Maka kenakanlah dan kafanilah mayat kalian dengannya”. (HR Ahmad)

Imam Ibn Taimiyyah dalam kitab manasik menjelaskan, bahwa disunnahkan berihram dengan menggunakan dua kain bersih. Pakaian yang berwarna putih memang lebih utama, namun jika tidak ada boleh mengenakan yang berwarna-warni. Selama kain tersebut adalah kain yang dimubahkan.

4. Berihram Setelah Shalat

Untuk melaksanakan ihram disunnahkan setelah shalat fardhu selesai dilaksanakan. Hal itu sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Lalu Rasulullah SAW shalat di masjid (Dzulhulifah) kemudian menunggangi Al Qaswa (unta kesayangannya). Ketika unta tersebut sampai di Al-Baida’ beliau berihram untuk haji”. (HR Muslim)

5. Berniat Melaksanakan Manasik

Disunnahkan untuk melaksanakan satu dari tiga manasik disertai dengan ucapan. Hal ini adalah bagi yang berihram dengan memiliki niat berhaji. Suatu ketika ‘Aisyah berkata:

“Kami keluar bersama Rasulullah SAW pada tahun haji wada’. Maka ada diantara kami yang berihram dengan umroh, ada yang berihram dengan haji dan umroh serta ada yang berihram dengan haji saja. Sedangkan Rasulullah SAW berihram dengan haji saja. Adapun yang berihram dengan umroh maka dia halal setelah datangnya. Dan yang berihram dengan haji atau yang menyempurnakan haji dan umroh maka tidak halal lepas dari ihramnya sampai dia berada di hari nahar”. (Muttafaq ‘alaih)

6. Melakukan Talbiyah

Tata cara ihram yang terakhir adalah seorang muhrim harus melaksanakan dan membaca talbiyah. Poin ini merupakan salah satu tata cara ihram yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan awal membaca talbiyah dan akhirnya hingga saat ini masih menjadi perdebatan para ulama.

tata cara ihram
jamaah membaca kalimat talbiyah. sumber: pikiran-rakyat.com

Namun yang menjadi catatan adalah tidak disyariatkan melakukan talbiyah secara berjamaah. Apalagi sampai melakukannya dengan dipimpin oleh seseorang. Namun tidak mengapa jika terjadi pelaksanaan talbiyah bersama-sama, dengan syarat bukan kesengajaan.

Melaksanakan ihram sesuai tata cara yang telah diberikan Rasulullah SAW merupakan keharusan. Meskipun ada banyak pihak yang menganggap remeh sunnah tak harus dikerjakan, namun dengan sunnah seorang muslim akan hidup penuh kemuliaan.

Terkait hal ini, penyedia layanan biro umroh dan haji sebaiknya memberikan pemahaman tata cara ihram sesuai sunnah. Nah, untuk memudahkan tersebarnya informasi, Anda bisa memaksimalkan aplikasi travel umroh yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun yang kami sediakan.

Tata cara ihram, penting diketahui oleh jamaah. Karena itu, pastikan edukasi kepada jamaah umroh tentang tata cara ibadah tersampaikan dengan baik dan benar.