Asal Usul Tawaf Dalam Haji dan Umroh, Bukan Sekedar Rukun Ibadah!

Ibadah haji ataupun umroh tidak bisa dilepaskan dari tawaf. Seperti diketahui, tawaf masuk dalam rangkaian ibadah yang harus dilakukan oleh para jamaah. Hal inilah yang membuat edukasi jamaah tentang tawaf menjadi perlu, termasuk asal usul tawaf. 

Memang, tidak menjadi masalah ketika jamaah hanya memahami tata caranya. Hanya saja, ada kesan yang berbeda ketika setiap jamaah memiliki wawasan tentang tawaf yang lebih luas. Ya, salah satu efeknya adalah rangkaian ibadah akan terasa lebih khusyuk dan para jamaah pun akan lebih bersemangat meskipun harus berputar mengelilingi Ka’bah dalam lingkaran terluar.

Selain itu, pengetahuan tentang tawaf juga bisa menjadi penawar rasa lelah. Fakta mengatakan bahwa bagi sebagian orang, berputar sebanyak tujuh kali dalam cuaca panas menimbulkan rasa lelah. Dan tidak sedikit yang dibuat mengeluh karenanya. 

Apa Makna Tawaf?

Makna dibalik rukun melaksanakan tawaf, Sumber: zamzam.com
Makna dibalik rukun melaksanakan tawaf, Sumber: zamzam.com

Selain menjadi rukun, asal usul tawaf memberikan makna yang mendalam. Dengan memahaminya, semangat untuk melaksanakannya akan semakin kuat. Selain saat melakukan umroh perdana, seringkali rasa semangat hadir dalam diri seseorang yang yakin karena kepahaman.

Makna tawaf berkaitan erat dengan peristiwa penciptaan Nabi Adam As. Maksud Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menjadikannya khalifah di muka bumi, menimbulkan tanya dan keraguan bagi para malaikat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30-32 yang artinya,

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada Malaikat, “sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang berbuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu. Allah berkata, sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (ayat 30)

Dan telah diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua kepada Malaikat. Lalu Allah berfirman, beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua jika kamu adalah makhluk yang benar.” (ayat 31)

Mereka menjawab, Maha Suci Engkau tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu lagi Maha Bijaksana.” (ayat 32) 

Ayat di atas menjadi dasar adanya kisah tawaf. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Malaikat merasa bersalah telah berani meragukan keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk menebus rasa bersalah tersebut, Malaikat melakukan berbagai tindakan untuk memohon ampunan.

Malaikat Menangis dan Bersujud

Atas dasar rasa takut pada Allah, Malaikat bersujud dan menangis. Tidak berhenti sampai disitu, mereka pun melakukan tawaf dengan mengelilingi ‘Arsy Allah dalam waktu yang tidak sebentar. 

Setelah Allah memberikan ampunan kepada para Malaikat, Allah pun membuatkan bait al-ma’mur di bawah ‘Arsy. Malaikat merupakan makhluk paling taat yang telah Allah ciptakan. Meskipun telah diberi ampunan, mereka terus berputar mengelilingi Bait al-ma’mur tersebut.

Di sinilah letak makna dari disyariatkannya tawaf menjadi satu rukun dalam rangkaian ibadah haji dan umroh. Tawaf merupakan cara yang ditempuh para Malaikat untuk merepresentasikan rasa bersalahnya untuk mengiba ampunan sang Pencipta.

Tawaf memberikan penjelasan, pada hakikatnya setiap makhluk membutuhkan dan bergantung pada Pencipta. Tidak ada kekuatan pada makhluk kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sudah sepatutnya saat melakukan salah, makhluk harus melakukan apa yang diridhai Allah untuk mendapatkan ampunan.

Bagaimana Tawaf Berlaku di Bumi?

Melihat latar belakang di atas, dapat diketahui tawaf sejatinya merupakan amalan langit. Ketika hari ini dijumpai di bumi, tentu terdapat peristiwa yang menjadi penyebabnya. Tawaf merupakan satu rukun yang sudah ada sejak masa lalu.

Pada mulanya manusia melakukan tawaf sesuai dengan adat tradisi yang berlaku. Hal tersebut bisa jadi merupakan sisa syariat peninggalan para Nabi terdahulu. Pasalnya dari Nabi Adam As hingga Nabi Ibrahim juga melakukan tawaf di sekeliling Bakkah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Anfal ayat 35 yang artinya,

Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.”

Bakkah merupakan nama awal Makkah. Ketika Nabi Adam As diturunkan ke bumi, Allah memerintahkannya untuk mencari tempat tersebut. Setelah melakukan perjuangan panjang, akhirnya beliau sampai disana dan melakukan tawaf bersama para Malaikat.

Dalam Bidayah wa Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan tawaf tak hanya dilakukan Nabi Adam As namun juga Nabi setelahnya. Dalam kitab tersebut Ibnu Abbas berkata,

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang lewat di Lembah Usfan pada waktu berhaji, beliau berkata “Wahai Abu Bakar, lembah apakah ini? Abu Bakar menjawab, “Lembah Usfan. Lalu Nabi bersabda, “Hud dan Saleh pernah melewati tempat ini dengan mengendarai unta-unta muda yang tali kekangnya dari anyaman serabut. Sarung mereka adalah jubah dan dan baju-baju mereka adalah pakaian bergaris. Mereka mengucapkan talbiyah dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.”

Kabah Dulunya Hanya Tumpukan Batu

Pada mulanya tempat tersebut hanyalah tumpukan batu yang dibuat oleh para Malaikat atas perintah Allah. Saat diutusnya Nabi Ibrahim As, beliau bersama putranya yaitu Nabi Ismail As merenovasinya hingga berwujud sebuah bangunan sederhana.

Mereka pun melanjutkan tawaf yang hingga berlangsung ke generasi hari ini. Rangkaian ibadah tersebut menjadi praktek terus menerus yang dilakukan oleh orang beriman. Bukan untuk menyembah batunya, namun karena melakukan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam surat Al-Hajj ayat 29 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,

Hendaknya mereka melakukan tawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).”

Bertawaf dilakukan sebanyak tujuh kali dengan berputar melawan arah jarum jam. Hal ini sudah dilakukan sejak dahulu. Melakukannya pun tidak boleh sembarangan, yaitu dimulai dari Hajar Aswad dengan melakukan beberapa tuntunan.

Sejarah singkat tawaf di atas menjadi penjelas, adanya tawaf di bumi bukanlah karena dibuat manusia. Namun merupakan amalan langit yang turun ke bumi. Dengan mengetahuinya, jamaah akan semakin merasakan bagaimana nikmatnya tawaf. 

Jenis-jenis Tawaf

Jenis-jenis tawaf, Sumber: hajjumrohplanner.com
Jenis-jenis tawaf, Sumber: hajjumrohplanner.com

Selain menjadi rukun dalam ibadah haji dan umroh, perkembangan peradaban Islam juga mengenal berbagai jenis tawaf yang di antaranya:

1. Tawaf Ifadhah

Tawaf satu ini merupakan rukun haji yang jika tidak dilaksanakan bisa berakibat membatalkan haji. Selain mengetahui syarat ibadah haji, jamaah sepatutnya juga diberikan pengertian akan hal ini.

Untuk pelaksanaan tawaf ifadhah utamanya pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah melempar jumrah aqabah dan tahallul. Namun bisa juga melakukannya setelah lewat malam tanggal tersebut, terbitnya fajar atau sesudah terbitnya matahari. Sebaiknya melakukannya tidak melewati hari tasyriq.

2. Tawaf Qudum

Tawaf satu ini lebih familiar sebagai tawaf kedatangan. Yakni tawaf yang dilakukan oleh pelaksana haji ifrad dan haji qarin saat memasuki Makkah, sebelum melaksanakan wukuf. Dan bagi pelaksana haji tamattu’, tawaf ini masuk dalam tawaf umroh. Jika tidak melaksanakan, seseorang harus membayar dam sebagai sanksi.

3. Tawaf Wada’

Tawaf satu ini lebih familiar dikenal sebagai tawaf perpisahan. Dimana pelaksanaannya dilakukan ketika jamaah haji hendak meninggalkan Makkah. Dan sebagian besar ulama menyatakan hukum melakukannya adalah wajib.

Itulah beberapa jenis tawaf yang umum diketahui dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh. Selain ketiga jenis di atas, masih ada lagi jenis tawaf yang lain yakni tawaf nadzar hingga tawaf sunnah. 

Dengan mengetahui asal usul tawaf, pelaksanaannya akan lebih berkesan di hati. Tidak sekedar sebatas ritual fisik yang menimbulkan lelah dan keluh kesah. Pada dasarnya tawaf merupakan sebuah rukun yang hukumnya wajib serta memiliki banyak keutamaan.

Memaksimalkan Layanan Haji dan Umroh Bersama Muslim Pergi

Memanfaatkan software manajemen umroh dari MuslimPergi, Sumber: shopifycdn.com
Memanfaatkan software manajemen umroh dari MuslimPergi, Sumber: shopifycdn.com

Dalam era digital saat ini, penyelenggara travel umroh perlu memberikan layanan terbaik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Dengan demikian tak sekedar informasi yang bisa diakses dengan mudah, kebijakan dan berbagai hal lain dapat dinikmati jamaah hanya dari android mereka.

Muslim Pergi hadir memberikan solusi bagi Anda yang ingin memiliki fitur tersebut. Dengan memiliki software manajemen umroh, pengelolaan akan lebih praktis. Selain itu komunikasi dengan jamaah akan lebih intensif. Anda nantinya bisa membagikan berbagai informasi, termasuk asal usul tawaf sebagai bagian dari edukasi.

Melayani tamu Allah adalah sebuah kenikmatan dan kemuliaan. Dengan edukasi yang terus menerus Anda lakukan, bukan tidak mungkin Allah akan menilainya sebagai perbuatan baik yang menghasilkan keberkahan serta pahala.