Tata cara wukuf memiliki urutan tersendiri. Bagi setiap jamaah, pengetahuan tentangnya perlu dipahami dengan baik. Akan berbahaya jika jamaah tidak memahaminya dengan baik. Bisa jadi ibadahnya tidak lancar dan kekhusyukkan pun berkurang.
Syariat Islam telah memberikan penjelasan terkait hal ini. Dengan mengikuti contoh dari Rasulullah, wukuf akan semakin mudah. Sebagai penghulu manusia dan pencipta, Rasulullah telah mencontohkan pelaksanaan berbagai ibadah, termasuk dalam haji.
Lantas bagaimana pelaksanaan wukuf yang sesuai dengan sunnah Rasulullah? Simak ulasan berikut dan dapatkan informasinya, untuk kemudahan pelaksanaan ibadah haji.
Kedudukan Wukuf dalam Haji

Dapat dikatakan wukuf menjadi ciri khas dari pelaksanaan ibadah haji. Sebab wukuf hanya dilakukan dalam ibadah tersebut. Hal ini mengindikasikan wukuf memiliki kedudukan tersendiri di dalam ibadah haji.
Dengan demikian, setiap jamaah perlu memperhatikan rangkaian wukuf dengan baik. Melakukan setiap urutannya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah. Dan perlu menghindari ritual-ritual tambahan yang bisa jadi merusak pelaksanaan wukuf.
Dalam syariat Islam sendiri terdapat sebuah riwayat yang menjelaskan kedudukan wukuf. Meski termasuk rukun haji, namun kedudukannya begitu penting.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Haji itu adalah wukuf di Arafah. Maka barangsiapa yang mengetahui (wukuf di Arafah) pada malam hari hingga terbitnya fajar dari malam berkumpulnya para jamaah, maka sungguh hajinya telah sempurna”. (HR Abu Daud)
Sabda Rasulullah di atas seakan menegaskan bahwa haji tidak akan sah tanpa melakukan wukuf. Maka setiap jamaah perlu melakukannya dengan antusias.
Melaksanakan wukuf dengan antusias akan menambah kesan pelaksanaannya. Terlebih jika jamaah juga mengetahui sejarah wukuf di Padang Arafah, pelaksanaannya pun akan semakin sakral. Sebagai ritual yang disyariatkan, wukuf akan berdampak pada pribadi setiap jamaah.
Hakikat Wukuf di Arafah

Sebagai salah satu rukun haji, wukuf memiliki hakikat yang mendalam. Untuk pelaksanaan tata cara wukuf yang lebih semangat dan khusyuk, jamaah sebaiknya juga perlu tahu hakikat wukuf.
Secara bahasa, wukuf berasal dari bahasa Arab yang berarti berhenti. Secara harfiah, jamaah haji yang berwukuf akan berhenti beberapa saat di suatu tempat. Dan tempat yang telah ditetapkan adalah Padang Arafah.
Arafah sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai mengenali. Dengan demikian, wukuf di Padang Arafah yaitu setiap jamaah akan berhenti untuk mengenali diri. Yakni mengenali diri hanyalah hamba dari Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan demikian hakikat wukuf adalah sebuah usaha kehambaan kepada Sang Khaliq. Yaitu secara fisik dilakukan dengan berhenti dari segala kepentingan duniawi. Sedangkan secara kejiwaan, berupaya untuk meningkatkan spiritual agar merasa senantiasa dalam pengawasan Allah Ta’ala.
Bagi jamaah yang serius dalam pelaksanaan wukuf, maka jiwanya akan bergetar. Sebab dalam wukuf, manusia benar-benar akan merasa tidak ada apa-apanya di hadapan Allah. Manusia hanyalah hamba yang lemah dan sulit untuk terhindar dari maksiat dan kesalahan.
Saat melakukan wukuf, setiap jamaah akan melakukan pakaian yang sama. Sehingga antara yang kaya dan miskin tidak akan tertutup sekat pemisah. Yang ada pada mereka hanyalah sisi kehambaan. Tidak ada yang lebih kuasa dan kaya kecuali Allah semata.
Meski tidak dilakukan di dalam masjid, hakikat wukuf akan berkesan pada sisi spiritual manusia. Jamaah perlu memperhatikan cara melakukan wukuf untuk meraih hal itu. Sebab tanpa pelaksanaan yang benar, hakikat wukuf bisa tidak didapatkan oleh jamaah.
Tata Cara Wukuf yang Harus Dipahami

Untuk meraih wukuf yang sah dan bermakna, setiap jamaah perlu mencontoh tata cara wukuf yang Rasulullah ajarkan. Dan berikut adalah tata cara berwukuf bagi setiap jamaah haji:
1. Mendengar Khutbah
Untuk memulai wukuf, jamaah perlu mendengarkan khutbah wukuf. Biasanya tour guide system akan mengarahkan jamaah sebelum khutbah ini dimulai. Dengan demikian setiap jamaah akan berkesempatan untuk mendengar khutbah.
Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Pada 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah, berkhutbah di hadapan jamaah haji untuk memulai wukuf.
Dalam kitab Shahih Muslim bi Syarh al Nawawi 8/182 terdapat penggalan khutbah Rasulullah yang artinya,
“Sesungguhnya darahmu, harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci atas kamu seperti sucinya hari (haji)mu ini, dalam bulanmu (bulan Dzulhijjah) ini dan negerimu (Tanah Suci) ini”.
2. Shalat Jamak Takdim
Setelah mendengarkan khutbah, jamaah melanjutkan dengan menunaikan shalat. Shalat adalah penggabungan antara shalat dhuhur dan shalat ashar yang dilakukan di awal waktu. Dalam syariat Islam shalat ini disebut dengan shalat jamak taqdim dhuhur dan ashar.
3. Pelaksanaan Wukuf
Setelah menunaikan shalat, jamaah akan melanjutkan untuk berwukuf. Wukuf bisa dilakukan sendiri maupun berjamaah. Tidak ada aturan harus melakukannya sendiri atau berjamaah. Namun jika bersama rombongan, sebaiknya wukuf dilakukan bersama agar tidak memecah rombongan.
4. Melakukan Amalan Wukuf
Ketika melakukan wukuf, jamaah sebaiknya melakukan amalan wukuf. Ada banyak amalan yang bisa dilakukan di dalamnya. Jamaah bisa berdzikir, membaca takbir tahmid dan tahlil, istighfar maupun berdoa sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan.
Dalam pelaksanaan wukuf ini, ada beberapa catatan yang perlu diketahui oleh jamaah. Yakni pelaksanaan wukuf tidak harus dalam keadaan suci. Bahkan jamaah perempuan yang haid maupun nifas boleh untuk melakukan wukuf.
Selain itu bagi jamaah yang sedang sakit, boleh di-safari-wukuf-kan. Dimana ada petugas sendiri yang memandu pelaksanaan hal ini.
Perlu Memperhatikan Adab
Dalam pelaksanaan perintah wukuf, selain memperhatikan tata cara jamaah juga perlu memperhatikan adabnya. Sebagai ibadah, adab sangat penting untuk dijaga setiap jamaah untuk pelaksanaan yang lebih afdhal.
Adab yang paling awal adalah setiap jamaah terus membaca doa haji sambil menunggu khatib berkhutbah. Namun jamaah tidak boleh memasuki kawasan Arafah sebelum matahari condong.
Selain itu jamaah tidak boleh melakukan wukuf dalam keadaan puasa. Meski umat Islam berpuasa pada hari Arafah, namun hal ini tidak berlaku bagi jamaah haji. Dan selain itu setiap jamaah perlu untuk menjaga lisan dan hanya berkata yang baik.
Adab saat berwukuf begitu banyak. Selain beberapa adab tersebut, alangkah baiknya jika jamaah menampakkan kelemahan diri. Sebab pada dasarnya wukuf adalah keadaan dimana seorang sedang mengakui kelemahan diri di hadapan Sang Pencipta.
Dengan melakukan wukuf sesuai dengan tata cara dan memperhatikan adabnya, maka wukuf lebih dekat pada keabsahan. Jamaah pun akan mendapat wukuf yang berkesan dan tak terlupakan.
Selain informasi mengenai tata cara wukuf di atas, masih banyak informasi yang perlu jamaah ketahui. Sebab pelaksanaan haji memiliki rangkaian yang begitu banyak. Sedangkan wukuf hanyalah satu rukun dari pelaksanaan haji.

Untuk memberikan beragam informasi bermanfaat pada jamaah dan calon jamaah, travel umroh bisa memanfaatkan aplikasi travel umroh. Sebuah aplikasi yang bisa diakses hanya dengan menggunakan smartphone.
Tidak hanya memberikan informasi, dengan aplikasi ini travel umroh juga bisa memberikan beragam layanan. Baik sebelum pelaksanaan umroh maupun haji, hingga pasca pelaksanaannya. Dan bisa juga untuk mengelola manajemen umroh serta keperluan yang lain.
Semoga haji yang dilakukan setiap jamaah diterima oleh Allah dan menjadikan haji mabrur. Selain itu juga memberikan dampak positif kepada setiap jamaah, baik dalam segi spiritual maupun dalam segi kepribadian.